Wali Kota Administrasi Jakarta Selatan Tri Kurniadi, menghadiri Acara Dharma Santhi Perayaan Nyepi Tahun Baru Saka 1940, di Ruang Serbaguna Kantor Wali Kota Jakarta Selatan, Minggu (1/4). Dalam acara yang juga dihadiri oleh Asisten Kesejahteraan Rakyat Kota Administrasi Jakarta Selatan, H.Mamur, Wali Kota Tri Kurniadi mengucapkan selamat Hari Raya Nyepi, kepada para umat Hindu warga Jakarta Selatan.
"Atas nama Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan, saya mengucapkan selamat Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1940, kepada umat Hindu warga Jakarta Selatan," ujarnya. Tri Kurniadi mengatakan, Peringatan Hari Raya Nyepi yang ditandai dengan "Tawur" dan "Catur Brata Nyepi" ini mempunyai makna yang sangat dalam. Melalui Catur Brata Nyepi, umat Hindu dapat melakukan instropeksi, memusatkan cipta, rasa dan karsa.
"Serta mengendalikan diri agar terhindar dari tindakan dan perbuatan yang bertentangan dengan kaidah-kaidah ajaran agama," tuturnya. Tidak itu saja, melalui acara ini, Tri Kurniadi mengajak umat Hindu dan umat beragama lainnya, untuk bersama Pemerintah Kota Jakarta Selatan, membangun dan mewujudkan kota Jakarta Selatan sebagai kota yang tertib, aman, nyaman dan damai sehingga menjadi maju kotanya bahagia warganya.
"Semoga Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1940 ini, keluhuran dan kesucian ajaran yang terkandung di dalamnya, dapat dihayati dan diamalkan guna membangun nilai-nilai moral dan spiritual dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang rukun, damai, dan sejahtera," ucapnya. Sementara itu, Ketua Panitia, Komang Sumaryata mengatakan, Dharma Santi ini merupakan sebuah silaturahmi yang dilakukan oleh umat Hindu di Jakarta Selatan dan sekitarnya.
"Silaturahmi kepada seorang anak kepada bapaknya, kepada yang lebih dewasa di lingkungan internalnya. Namun dari sisi eksternal, adalah kita sebagai masyarakat yang berbangsa dan bernegara sebagai masyarakat sosial, secara eksternal, kita melakukan silaturahmi kehadapan pemerintah, kehadapan saudara-saudara kita, yang di luar umat kita. Pada saat Tahun Baru Saka ini, kita bisa menginjakkan kaki dengan lapang dada, dengan keseimbangan, dengan keselarasan, dengan toleransi yang tinggi, dan dengan kedamaian tentunya," pungkasnya. (KIP JS)