Asisten Pemerintahan Jaksel Erpawandi mengatakan kondisi wilayah Jakarta yang relative kondusif dengan tingkat hunian sebagian besar relative sejahtera tidak menutup kemungkinan menjadi situasi wilayah peta ancaman kekuatan teroris, mengingat diwilayah ini terdapat pemukiman komunitas asing, seperti Kedubes dan akspatariat.
Pembangunan di bidang ekonomi semakin sulit dilaksanakan dan para investor maupun wisatawan asing tidak akan datang ke Indonesia,”katanya yang didampingi Kepala Kesbangpol Taufan Bakri saat Diskusi pemuda dalam rangkaian sumpah Pemuda ke 82 tahun. Di kantor walikota Jaksel, Jumat (5/11).
Hal ini berkaitan dengan keselamatan jiwa, seperti kejadian peledakan bom di hotel J.Marriot dan Ritz carlton Dan Indonesia di mata dunia Internasional akan menjadi stigma sarang teroris dan sulit untuk dihapuskan,”ujarnya.
Dalam ajaran agama apapun tidak tidak dibenarkan adanya kekerasan yang saling memusnakan terhadap semua isi planet bumi, agama senantiasa membawa misi menghormati dan perdamaian di dunia,” terang Erpawandi.
Tugas generasi muda seperti KNPI turut ambil bagian membangun generasi muda dan masyarakat sehingga Indonesia menjadi bangsa yang cinta damai, bukan sarang terorisme dan tak kalah penting mencerminkan sikap saling menghormati dalam kehidupan beragama antar pemeluknya.
Dikesempatan lain ketua KNPI Jaksel Henri K.Ruddin yang didampingi ketua Gerakan Pemuda Islam Ahmad Sulhy mengatakan kegiatan diskusi ini sebagian dari rangkaian kegiatan Pemuda KNPI Jaksel, memperingati 82 tahun Sumpah pemuda.
Kita adakan kegiatan seperti 24/10 lalu melakukan kegiatan donor darah pengobatan gratis dan foging di masyarakat grass road dan 28/10 kampanye simpatik membagikan famlet. Hari ini melakukan kegiatan diskusi, tentang gerakan radikalisme dan teroris yang ada di Indonesia.
Tema Radikalisme dalam Islam cukup penting karena bagian dari intregitas bangsa kita. Bicara tentang konteks secara umum adalah tentang cinta negeri ku dan bangsaku. Jadi ini adalah bagian dari proses perjuangan pemuda dan upaya preventif terhadap pola-pola diradikalisasi,”ujar Henri