sudin-kpkp-jaksel-monitoring-lima-pasar

NamePemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan melalui Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (KPKP) Kota Administrasi Jakarta Selatan menggelar Monitoring Pengawasan Keamanan Pangan Terpadu di lima pasar wilayah Jakarta Selatan, Selasa (17/4). Lima pasar tersebut meliputi Pasar Cipete Utara, Pasar Cipete Selatan, Pasar Pondok Labu, Pasar Mede dan satu lagi yang menjadi on the spot laboratorium pengecekan pangan yakni Pasar Swalayan Food Mart Citos, Cilandak.

Kepala Sub Bagian Koperasi, UKM Perdagangan Serta Ketahanan Pangan Kota Administrasi Jakarta Selatan, Agung Meidya Gutama mengatakan,  Kegiatan Pengawasan Pangan ini bertujuan untuk mewujudkan pangan yang aman bebas dari bahan berbahaya seperti Formalin, Boraks, Rodhamin B, Methylen Yelow dan Residu Pestisida, serta Uji Kebusukan dan Campuran kandungan Babi yang ada di daging Sapi.

"Untuk sasaran pengawasan pangan sendiri terdiri dari komoditas pertanian, peternakan dan perikanan serta olahan yang dijual di pasar tradisional maupun pasar swalayan," ujarnya. Agung menjelaskan, pada pengawasan pangan ini, pihaknya mengambil sebanyak 344 sampel dari lima pasar tersebut.  325 sampel itu terdiri dari produk pertanian sebanyak 150 sampel, produk peternakan 40 sampel dan produk perikanan 135 sampel. "Ditambah 19 sampel bahan olahan dari BPOM Jakarta, jadi totalnya 344 sampel," terangnya.

Agung menjelaskan, untuk jenis komoditas pertanian, peternakan dan perikanan yang diambil dari lima pasar tersebut semua dinyatakan negatif alias bebas dari bahan berbahaya. Tetapi, sambung Agung, untuk 19 bahan olahan yang diambil oleh BPOM di Food Mart Citos, tiga olahan di antaranya ditemukan mengandung bahan formalin. "Tiga dari 19 sampel olahan BPOM ditemukan positif mengandung formalin yakni dari tahu, dan kita langsung musnahkan di tempat. Kemudian, kita beri peringatan kepada pihak swalayan agar tidak mengambil lagi bahan olahan dari pemasoknya," tegasnya.

Sementara itu, Store Manajer Food Mart Citos, Hendra mengatakan, pihaknya merasa terbantu dengan adanya pengawasan pangan yang dilakukan oleh Sudin KPKP dan BPOM, yang menemukan adanya bahan olahan mengandung bahan berbahaya. Ke depan, sambung Hendra, pihaknya akan lebih intensif lagi terutama kepada supplier yang menitipkan barang di swalayannya. "Karena barang ini (tahu) bukan beli putus, tetapi sifatnya mereka titip ke swalayan kami. Setelah diketahui mengandung bahan berbahaya, saya langsung koordinasi dengan supplier dan meminta untuk menjelaskan masalah ini," pungkasnya. (KIP JS)