Pengembangan budaya lokal harus terus digalakkan. Kebudayaan Betawi ini kan pondasi budaya Jakarta sehingga mesti diketahui dan dipelajari warga ibukota sejak dini. Dengan begitu bisa muncul keinginan untuk ikut melestarikan budaya betawi.
Sebelumnya mantan Gubernur DKI Jakarta sangat konsen sekali dengan percepatan pembangunan Perkampungan Budaya Betawi (PBB) Setu Babakan. Joko Widodo mencanangkan 2 tahun PBB harus kelar,”ujar Sylviana Murni, Deputi Gubernur DKI Jakarta Bidang Pariwisata dan Kebudayaan saat rapat koordinasi percepatan pembangunan Perkampungan Budaya Betawi (PBB) Setu Babakan, Selasa (4/2).
Untuk itu sebagai bentuk dukungan terhadap pengakuan budaya ini, pemprov akan membenahi akses ke lokasi Setu Babakan. Ia juga menghimbau lurah dan camat setempat untuk lebih bisa menggunakan kreatifitas agar lebih bisa menghidupkan lokasi wisata ini.
“Harus dibuat juga kunjungan wajib ke Setu Babakan untuk anak sekolah maupun instansi lainnya. Intinya, kita berharap semua elemen masyarakat bisa ikut mendukung,”ujarnya..
Kepala Unit Pengelola Perkampungan Budaya Betawi Supli Ali megatakan pembangunan fisik dibagi menjadi tiga zona yakni zona A, Zona B dan Zona C. Zona A merupakan pusat Setu Babakan berupa Diklat, kantor pengelola, museum, galeri dan ruang serbaguna.
Perkampungan Budaya Betawi seluas 288 hektar dan 70 hektar sudah dimiliki Pemda. Zona A pembangunan baru rampung 60 persen dan ditargetkan selesai 2015 , dengan disediakan dana Rp 50 milyar dan Rp 20 juta untuk pembebasan.
Berikutnya zona B sebagai pusat kuliner yang difungsikan sebagai tempatnya kuliner nusantara, dari kuliner Betawi hingga kuliner nusantara dan pedagang kaki lima (PKL) yang berada disekitar danau Setu Babakan.
Selanjutnya zona C berupa perkampungan mini Betawi yang dibangun di atas pulau kecil di tengah danau. Walaupun pembangunan fisik selesai pada 2020 namun pembangunan non fisik terus berlangsung karena inilah yang menopang keberlangsungan wisata Betawi ini.