Masih kurangnya kesadaran masyarakat terhadap kebersihan lingkungan membuat korban penyakit demam berdarah dengue (DBD) masih bermunculan. Sementara virus yang ditularkan melalui nyamuk aedes aegypti itu belum ditemukan vaksin atau obatnya. Hal ini membutuhkan ketegasan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat lantaran DBD tidak bisa diobati, tapi bisa dicegah.
Menurut Deputy Gubernur Bidang Pengendalian kependudukan dan Permukiman Margani M.Mustar, tingginya kasus DBD di Jakarta ini berkaitan dengan perilaku masyarakat yang masih belum menerapkan metode pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan cara 3M Plus dirumah masing-masing,”katanya yang didampingi Kadis Pendidikam Provinsi DKI Jakarta Taufik Judi Mulyanto dan Moch Arief Kasudin Dikdas Jaksel saat”Pengukuhkan Gerakan Jumantik Sekolah Kota Administrasi Jakarta Selatan” di SMAN 3 Setiabudi, Rabu (3/2).
Gerakan jumantik sekolah merupakan terobosan dan inovasi baru selain implementasi Perda No.6 tahun 2007 tentang pengendalian penyakit Demam berdarah dan juga sejalan dengan program departemen pendidikan nasional yang bekerja sama dengan kementerian lingkungan hidup, dalam mengembangkan sekolah peduli dan berbudaya lingkungan.
Saya dapat informasi dan menerima data penyakit DBD menunjukan bahwa penyakit ini sangat serius mengancam masyarakat kita, tahun 2009 tercatat 18.366 kasus ini yang tercatat sedangkan kasus kematian 37 jiwa, sedangkan Januari 2010 sudah ditemukan 821 kasus dan diperkirakan meningkat terus apabila masyarakat tidak bisa menjaga kesehatan dan memelihara lingkungan sekitarnya. Jumlah dan kasus tersebut menempatkan Jakarta sebagai kota besar no.1 di Indonesia penyakit DBD,”terangnya.
Untuk itu saya minta seluruh lapisan masyarakat tampa kecuali dan pelajar di sekolah- sekolah harus bergerak bersama untuk menanggulangi penyakit ini, sehingga berlahan tapi pasti penyebaran nyamuk aedes aegypti dapat kita cegah semaksimal mungkin dan masyarakat banyak terhindar dari penyakit DBD,”ujarnya.
Saya menyampaikan apresiasi kepada wilayah kota Jakarta Selatan karena gerakan ini adalah gerakan yang pertama di DKI Jakarta, saya berharap gerakan yang baru pertama kali dilakukan ini mampu menjadi inspirator bagi wilayah lain baik dalam membantu dan mendukung program pemberantasan demam berdarah. Selanjutnya saya berharap gerakan ini tidak berhenti pada acara seremonial ini, tapi perlu ditindak lanjuti menjadi suatu kebiasaan, budaya dengan aksi yang konkrit dan komitmen bersama sehingga dapat melakukan pemberantasan penyakit DBD dan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,”tambahnya.
Dikesempatan lain Walikota Jaksel Syahrul Effendi mengatakan tujuan dari kegiatan ini adalah menciptakan lingkungan sekolah yang sehat dan bebas DBD dengan membudayakan PSN dengan 3M. Sedangkan sasarannya adalah ruang sekolah dan lingkungan sekolah dilakukan setiap hari Jumat pukul 09.00-0930 dilokasi sekolah dan lingkungan sekitar sekolah.
Jumantik sekolah adalah salah satu terobosan dan langkah inovasi yang dilakukan oleh Pemkot Jakarta Selatan. Melalui pembentukan gerakan Jumantik sekolah ini, karena disinyalir penularan virus DBD selain terjadi di pemukiman juga banyak terjadi dilingkungan sekolah. Juga langkah awal cara antisipasi secara dini dalam menanggulangi penyakit demam berdarah dengue (DBD).