
Saat ini permainan tradisional semakin tenggelam karena maraknya permainan modern seperti video gim, mobil remote control, dan lainnya. Akan tetapi, ada satu tempat yang terletak di Jalan H Kamang nomor 38 Pondok Labu, Jakarta Selatan, yang tetap melestarikan permainan tradisional yang sudah menjadi budaya Indonesia.
Tempat tersebut bernama Museum Layang-Layang, yang mengkoleksi berbagai jenis layang-layang dari seluruh provinsi di Indonesia, serta dari berbagai mancanegara. Pengunjung yang datang, selain bisa melihat berbagai jenis layang-layang, juga akan mendapatkan pengetahuan mengenai sejarah layang-layang, membuat layang-layang, hingga melukis layang-layang. Bahkan, para pengunjung bisa langsung memainkan layang-layang hasil karyanya di sekitar lokasi museum.
Pemandu Museum Layang-Layang, Dayatika mengatakan, tiket masuk ke Museum Layang-layang untuk satu orang senilai Rp 15 ribu. Setiap pengunjung akan disajikan film sejarah layang-layang, dan menikmati berbagai jenis layang-layang dari seluruh wilayah yang ada di Indonesia dan mancanegara yang ada di galeri.
“Selanjutnya para pengunjung akan diajarkan membuat layang-layang, melukis layang-layang, dan nanti layang layang itu bisa dibawa pulang sebagai oleh-oleh,” tutur Dayat saat ditemui Tim Kominfotik Jakarta Selatan, Senin (30/12). Menurut Dayat, jumlah pengunjung Museum Layang-Layang setiap bulannya rata-rata mencapai 1.000 orang dari berbagai umur, mulai dari anak-anak hingga dewasa. “Saat musim liburan paling sedikit bisa 70 pengunjung per hari, bisa juga sampai 120-an pengunjung. Untuk musim sekolah bisa 250 murid atau pengunjung,” terangnya.
Dayat memaparkan, museum tersebut didirikan Endang W Puspoyo pada 21 Maret 2003 silam. Endang merupakan seorang pakar kecantikan yang menekuni dunia layang-layang sejak 1980an, dan sering ikut kontes layang-layang bahkan hingga ke luar negeri. Saat berkunjung ke luar negeri itu, Endang melihat museum layang-layang, dan akhirnya muncul ide membuat museum serupa karena rasa cintanya yang sangat mendalam kepada layang-layang.
“Tujuannya membangun museum ini yaitu untuk melestarikan budaya bermain layang-layang, karena layang layang ini salah satu permainan budaya bangsa, dan kita jangan sampai lupa budaya kita bermain layang layang, karena dari layang layang kita dapat menjalin persahabatan,” tandasny. Diketahui, Museum Layang-layang memiliki koleksi lebih dari 500 layang-layang dari dalam negeri maupun luar negeri, seperti Jepang, Turki, Korea, India, dan Swedia. Ada yang terbuat dari daun, anyaman tikar, kertas, dan parasut berbentuk tiga maupun dua dimensi dengan berbagai ukuran dari terkecil dua sentimeter hingga mencapai lebih dari satu meter.
Tempat tersebut bernama Museum Layang-Layang, yang mengkoleksi berbagai jenis layang-layang dari seluruh provinsi di Indonesia, serta dari berbagai mancanegara. Pengunjung yang datang, selain bisa melihat berbagai jenis layang-layang, juga akan mendapatkan pengetahuan mengenai sejarah layang-layang, membuat layang-layang, hingga melukis layang-layang. Bahkan, para pengunjung bisa langsung memainkan layang-layang hasil karyanya di sekitar lokasi museum.
Pemandu Museum Layang-Layang, Dayatika mengatakan, tiket masuk ke Museum Layang-layang untuk satu orang senilai Rp 15 ribu. Setiap pengunjung akan disajikan film sejarah layang-layang, dan menikmati berbagai jenis layang-layang dari seluruh wilayah yang ada di Indonesia dan mancanegara yang ada di galeri.
“Selanjutnya para pengunjung akan diajarkan membuat layang-layang, melukis layang-layang, dan nanti layang layang itu bisa dibawa pulang sebagai oleh-oleh,” tutur Dayat saat ditemui Tim Kominfotik Jakarta Selatan, Senin (30/12). Menurut Dayat, jumlah pengunjung Museum Layang-Layang setiap bulannya rata-rata mencapai 1.000 orang dari berbagai umur, mulai dari anak-anak hingga dewasa. “Saat musim liburan paling sedikit bisa 70 pengunjung per hari, bisa juga sampai 120-an pengunjung. Untuk musim sekolah bisa 250 murid atau pengunjung,” terangnya.
Dayat memaparkan, museum tersebut didirikan Endang W Puspoyo pada 21 Maret 2003 silam. Endang merupakan seorang pakar kecantikan yang menekuni dunia layang-layang sejak 1980an, dan sering ikut kontes layang-layang bahkan hingga ke luar negeri. Saat berkunjung ke luar negeri itu, Endang melihat museum layang-layang, dan akhirnya muncul ide membuat museum serupa karena rasa cintanya yang sangat mendalam kepada layang-layang.
“Tujuannya membangun museum ini yaitu untuk melestarikan budaya bermain layang-layang, karena layang layang ini salah satu permainan budaya bangsa, dan kita jangan sampai lupa budaya kita bermain layang layang, karena dari layang layang kita dapat menjalin persahabatan,” tandasny. Diketahui, Museum Layang-layang memiliki koleksi lebih dari 500 layang-layang dari dalam negeri maupun luar negeri, seperti Jepang, Turki, Korea, India, dan Swedia. Ada yang terbuat dari daun, anyaman tikar, kertas, dan parasut berbentuk tiga maupun dua dimensi dengan berbagai ukuran dari terkecil dua sentimeter hingga mencapai lebih dari satu meter.