Nama kesenian Topeng Blantek barangkali belum banyak dikenal orang secara luas. Itulah salah satu kesenian asli Betawi yang menarik untuk disaksikan. Sebutan blantek menurut pelestari Topeng Blantek, Marhasan, berasal dari kata blind dan text yang berarti bahwa para seniman Topeng Blantek tampil tanpa naskah tertulis atau pun arahan sutradara. Para seniman Topeng Blantek tampil dengan mengikuti alur cerita yang berasal dari mereka sendiri.
Berawal pada kisaran tahun 1980-an sedang giat-giatnya para seniman berkesenian di Pusat Pengembangan Kesenian di daerah Kuningan Jakarta Selatan. Sejak itulah para seniman, mulai menggemari dan terus menekuni seni budaya topeng blantek yang merupakan salah satu jenis teater tradisional betawi.
Namun, di awal tahun 2000-an seni budaya topeng blantek mulai mengalami masa-masa sekarat. Oleh karena itu diharapkan perhatian dan dukungan pihak pemerintah, swasta, dunia usaha dan masyarakat untuk sama-sama bertanggung jawab dalam pelestarian dan pengembangan seni budaya topeng blantek. Sebab, bila keadaan ini dibiarkan terus, tidak mustahil dalam beberapa tahun ke depan seni budaya topeng blantek akan tinggal kenangan.
Kekurangan dalam pelestarian dan pengembangan seni budaya topeng blantek dikarenakan sarana dan prasarana yang ada kurang memadai. Bahkan, walau kini telah banyak gedung dan tempat pertunjukan kesenian dibangun bertebaran di Jakarta, topeng blantek jarang muncul untuk diberikan kesempatan mempertunjukan kreasinya.
Dengan demikian, saat ini kondisi kehidupan seniman topeng blantek sangat memprihatinkan dan mengenaskan serta membingungkan. Mereka tidak punya pekerjaan lain selain mengurusi grup dan sanggar, karena itu dari mana mereka dapat membiayai keluarganya. Memang sangat ironis, bila di daerah kelahirannya sendiri seni budaya topeng blantek harus rela mengalah dengan semakin maraknya seni budaya pop yang tumbuh dan berkembang di masyarakat Jakarta.