
Para pendamping Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di wilayah Kecamatan Jagakarsa, telah merasakan manfaat dari aplikasi Elektronik-Solusi Masalah Pelayanan ABK Terintegrasi (E-Simpati) milik Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Jagakarsa. Hal tersebut diungkapkan Kepala RSUD Kecamatan Jagakarsa Dewi Mustika, saat ditemui di RSUD Jagakarsa, Rabu (13/11).
Dewi mengungkapkan, aplikasi yang dirintis sejak 2018 lalu tersebut ditujukkan untuk pemeriksaan kesehatan ABK beserta cara tepat penanganan di berbagai masalah. “Melalui aplikasi tersebut, pasien ABK akan diperiksa secara menyeluruh untuk di kemudian hari dapat dilakukan penanganan yang tepat, oleh para orang tua maupun pengajar dalam kehidupan sehari-harinya,” ujarnya.
Sementara Spesialis Poli Psikolog Umum Kusumastuti Dyah menambahkan, penanganan terapi bagi setiap ABK berbeda-beda. Dyah mengatakan, peran orang tua dan guru sekolah dalam memberikan pembelajaran yang sesuai, dapat membantu perkembangan ABK menjadi semakin baik. "Penanganan bagi setiap ABK itu berbeda beda. Orang tua harus punya kesabaran dan kesiapan penuh dalam menangani anaknya dalam setiap pembelajaran. Konsisten dalam setiap pemberian pelajaran bersama anggota keluarga pun harus terus diterapkan," paparnya.
Selain itu, salah satu orang tua ABK penyandang Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), Teddi mengungkapkan, dirinya rutin melakukan pemeriksaan terhadap anaknya sejak 2015 silam. Teddi menuturkan, sebelum adanya aplikasi E-Simpati, dirinya harus berkutat dengan antrian panjang serta akses telepon yang tak dapat terhubung dengan cepat. "Sebelum ada aplikasi E-Simpati ini kami harus telepon ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan. Semenjak ada aplikasi E-Simpati ini, saya bisa memproses kunjungan periksa dengan cepat dan mudah," tandasnya.
Dewi mengungkapkan, aplikasi yang dirintis sejak 2018 lalu tersebut ditujukkan untuk pemeriksaan kesehatan ABK beserta cara tepat penanganan di berbagai masalah. “Melalui aplikasi tersebut, pasien ABK akan diperiksa secara menyeluruh untuk di kemudian hari dapat dilakukan penanganan yang tepat, oleh para orang tua maupun pengajar dalam kehidupan sehari-harinya,” ujarnya.
Sementara Spesialis Poli Psikolog Umum Kusumastuti Dyah menambahkan, penanganan terapi bagi setiap ABK berbeda-beda. Dyah mengatakan, peran orang tua dan guru sekolah dalam memberikan pembelajaran yang sesuai, dapat membantu perkembangan ABK menjadi semakin baik. "Penanganan bagi setiap ABK itu berbeda beda. Orang tua harus punya kesabaran dan kesiapan penuh dalam menangani anaknya dalam setiap pembelajaran. Konsisten dalam setiap pemberian pelajaran bersama anggota keluarga pun harus terus diterapkan," paparnya.
Selain itu, salah satu orang tua ABK penyandang Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), Teddi mengungkapkan, dirinya rutin melakukan pemeriksaan terhadap anaknya sejak 2015 silam. Teddi menuturkan, sebelum adanya aplikasi E-Simpati, dirinya harus berkutat dengan antrian panjang serta akses telepon yang tak dapat terhubung dengan cepat. "Sebelum ada aplikasi E-Simpati ini kami harus telepon ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan. Semenjak ada aplikasi E-Simpati ini, saya bisa memproses kunjungan periksa dengan cepat dan mudah," tandasnya.