Festival Pantun Kampung Pela resmi digelar. Acara yang diselenggarakan di Jalan Pondok Jaya II RT 002/ RW 06, Kelurahan Pela Mampang, Kecamatan Mampang Prapatan, Kota Administrasi Jakarta Selatan, selama dua hari yakni dari 19 hingga 20 Oktober 2019 ini, ditujukan sebagai salah satu sarana dalam melestarikan budaya Betawi.
Wali Kota Administrasi Jakarta Selatan Marullah Matali mengatakan, tidak semua orang bisa berpantun. Karena berpantun membutuhkan sebuah jiwa seni, yang tertanam di dalam hati setiap warga yang melestarikannya. "Pantun itu menyampaikan sesuatu yang dalam hati kita, yang dalam bentuk sindiran-sindiran halus, cuma kena," ujarnya saat membuka acara pada Sabtu (19/10).
Marullah berharap, Festival Pantun Kramat Pela yang digelar ketiga kalinya ini, menjadi tradisi budaya Betawi tidak hanya untuk dikenal lebih luas dan dipertahankan saja. Tapi, juga sebagai salah satu sarana untuk menyejukkan suasana. "Kalau bicara soal pantun itu bicara soal budaya. Umurnya pantun kayaknya umurnya budaya Betawi, di mana orang Betawi yang dulu kita sekolahnya tidak tinggi-tinggi tapi pantunnya nyambung saja," ucapnya.
Sementara Kepala Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Imron juga berharap, Kelurahan Pela Mampang bisa diwujudkan sebagai Kampung Pantun. Sebagaimana yang pernah dideklarasikan oleh Gubernur Provinsi DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan. "Jadi hari ini Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan, telah memberikan rangsangan, telah memberikan fasilitas, dorongan serta motivasi kepada seluruh masyarakat, mau mengembangkan budaya seni pantun," terangnya.
Salah satu peserta Festival Pantun Kampung Pela dari Kelurahan Menteng Dalam, Yono, mendukung penuh adanya festival ini untuk diselenggarakan setiap tahun. "Ini acara pantun bagus banget. Kalau bisa setiap tahun harus dibikin. Bahkan kalau bisa juga dibikin akademi pantun seperti stand up comedy. Karena pantun adalah budaya Betawi yang harus dipertahankan secara turun temurun," tandasnya.
Wali Kota Administrasi Jakarta Selatan Marullah Matali mengatakan, tidak semua orang bisa berpantun. Karena berpantun membutuhkan sebuah jiwa seni, yang tertanam di dalam hati setiap warga yang melestarikannya. "Pantun itu menyampaikan sesuatu yang dalam hati kita, yang dalam bentuk sindiran-sindiran halus, cuma kena," ujarnya saat membuka acara pada Sabtu (19/10).
Marullah berharap, Festival Pantun Kramat Pela yang digelar ketiga kalinya ini, menjadi tradisi budaya Betawi tidak hanya untuk dikenal lebih luas dan dipertahankan saja. Tapi, juga sebagai salah satu sarana untuk menyejukkan suasana. "Kalau bicara soal pantun itu bicara soal budaya. Umurnya pantun kayaknya umurnya budaya Betawi, di mana orang Betawi yang dulu kita sekolahnya tidak tinggi-tinggi tapi pantunnya nyambung saja," ucapnya.
Sementara Kepala Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Imron juga berharap, Kelurahan Pela Mampang bisa diwujudkan sebagai Kampung Pantun. Sebagaimana yang pernah dideklarasikan oleh Gubernur Provinsi DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan. "Jadi hari ini Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan, telah memberikan rangsangan, telah memberikan fasilitas, dorongan serta motivasi kepada seluruh masyarakat, mau mengembangkan budaya seni pantun," terangnya.
Salah satu peserta Festival Pantun Kampung Pela dari Kelurahan Menteng Dalam, Yono, mendukung penuh adanya festival ini untuk diselenggarakan setiap tahun. "Ini acara pantun bagus banget. Kalau bisa setiap tahun harus dibikin. Bahkan kalau bisa juga dibikin akademi pantun seperti stand up comedy. Karena pantun adalah budaya Betawi yang harus dipertahankan secara turun temurun," tandasnya.